Goliat Menantang Orang Israel

1 Samuel 17:1-58




Pada suatu ketika orang Filistin mengerahkan tentaranya untuk maju berperang. Mereka mengatur barisannya di kota Sokho, dalam wilayah Yehuda dan memasang perkemahannya di antara Sokho dan Azeka, dekat Efes-Damim.  Saul dan orang-orang Israel berkumpul juga dan berkemah di Lembah Ela; mereka bersiap-siap untuk menghadapi serangan orang Filistin. Demikianlah barisan orang Filistin berdiri di sebuah bukit dan barisan orang Israel di bukit yang lain, dan di antaranya ada sebuah lembah.


Maka seorang jago berkelahi yang bernama Goliat, dari kota Gat, keluar dari perkemahan Filistin untuk menantang orang Israel. Tingginya kira-kira tiga meter,dan ia memakai topi tembaga dan baju perang tembaga yang beratnya kira-kira lima puluh tujuh kilogram. Kakinya dilindungi oleh penutup kaki dari tembaga, dan di bahunya ia memanggul lembing tembaga.  Gagang tombaknya sebesar kayu pada alat tenun, dan mata tombaknya kira-kira tujuh kilogram beratnya. Seorang prajurit berjalan di depannya dengan membawa perisainya.  Goliat berhenti lalu berseru kepada tentara Israel, “Apa yang sedang kamu lakukan di situ? Hendak berperangkah kamu? Aku seorang Filistin, hai hamba-hamba Saul! Pilihlah seorang di antara kamu yang berani turun untuk bertempur melawan aku.  Jika dalam perang tanding itu, aku terbunuh, kami rela menjadi hambamu, tetapi jika aku yang menang dan membunuhnya, kamulah yang akan menjadi hamba kami. Sekarang juga, kutantang tentara Israel; pilihlah seorang untuk bertanding melawan aku!” Ketika Saul dan orang-orangnya mendengar tantangan itu, terkejutlah mereka dan menjadi sangat ketakutan.

Daud adalah anak Isai orang Efrata, dari Betlehem di Yehuda. Isai mempunyai delapan orang anak laki-laki, dan pada zaman pemerintahan Saul, Isai sudah tua sekali.

 Ketiga anak Isai yang tertua telah pergi berperang mengikuti Saul. Yang sulung bernama Eliab, yang kedua Abinadab, dan yang ketiga Syama.  Daud anak yang bungsu. Pada waktu ketiga abangnya yang tertua itu sedang berperang mengikuti Saul, Daud sering meninggalkan Saul dan pulang ke Betlehem untuk menggembalakan domba ayahnya. Selama empat puluh hari, setiap pagi dan petang, Goliat mendekati barisan orang Israel dan menantang mereka.
Pada suatu hari Isai berkata kepada Daud, “Ambillah sepuluh kilogram gandum panggang dengan sepuluh roti ini, dan bawalah kepada abang-abangmu di perkemahan tentara.  Bawalah juga sepuluh buah keju ini untuk komandan pasukan. Tanyakanlah bagaimana keadaan abang-abangmu, dan bawalah bukti untukku bahwa engkau telah bertemu dengan mereka dan mereka dalam keadaan selamat.  Mereka ada di Lembah Ela bersama Raja Saul, dan semua orang Israel sedang bertempur melawan orang Filistin.”

Keesokan harinya, pagi-pagi, Daud bangun lalu berkemas. Dombanya dititipkannya kepada seorang penjaga, kemudian ia mengambil bawaannya lalu berangkat, sesuai dengan perintah ayahnya. Ia sampai ke perkemahan pada waktu orang Israel berangkat ke medan pertempuran sambil memekikkan sorak perang. Tentara Filistin dan tentara Israel saling berhadapan dan bersiap-siap untuk bertempur. Lalu Daud menitipkan bawaannya itu kepada penjaga perlengkapan tentara, dan lari ke medan perang untuk menemui abang-abangnya. Tetapi ketika ia sedang berbicara dengan mereka, Goliat maju ke depan dan menantang orang Israel, seperti yang biasa dilakukannya. Daud pun mendengar kata-kata tantangannya itu.  Segera setelah orang Israel melihat Goliat, mereka lari ketakutan. “Lihatlah dia!” kata mereka satu sama lain. “Dengarlah kata-kata tantangannya! Saul raja kita telah berjanji bahwa siapa saja yang membunuh Goliat, akan diberikan hadiah yang besar. Raja juga akan mengawinkan orang itu dengan putrinya. Dan keluarga ayah orang itu akan dibebaskan dari pajak.”

Lalu Daud berkata, “Berani benar orang Filistin si kafir itu menantang tentara Allah yang hidup!” Kemudian ia bertanya kepada salah seorang prajurit, “Apakah yang akan diberikan kepada orang yang bisa membunuh orang Filistin itu dan menghapus penghinaan dari Israel?” Rakyat memberitahukan kepadanya apa yang telah dijanjikan raja.
Eliab abang Daud yang sulung mendengar Daud berbicara dengan prajurit-prajurit. Dia menjadi marah kepada Daud dan berkata, “Mengapa kaudatang kemari? Siapa telah kausuruh mengurus domba-dombamu yang beberapa ekor itu di padang gurun? Aku tahu, kau berlagak berani; kaudatang kemari hanya untuk melihat pertempuran bukan?”
Jawab Daud, “Apa salahku? Aku kan hanya bertanya!”  Lalu dia pergi dan menanyakan hal yang sama kepada prajurit-prajurit yang lain; dan ia mendapat jawaban begitu juga.
Tetapi beberapa orang yang mendengar perkataan Daud, menyampaikannya kepada Saul, jadi Daud dipanggilnya menghadap.  Kata Daud kepada Saul, “Baginda, kita tak perlu takut kepada orang Filistin itu! Hamba bersedia melawan dia.”

“Jangan,” jawab Saul. “Bagaimana mungkin engkau bertanding dengan dia? Engkau masih muda sekali, sedangkan dia sudah biasa berperang sejak masa mudanya.”
Tetapi Daud berkata, “Baginda, hamba biasa menggembalakan domba ayah hamba. Bilamana ada singa atau beruang datang menerkam domba, binatang buas itu hamba kejar dan hantam, lalu domba itu hamba selamatkan. Dan jika singa atau beruang itu melawan hamba, maka hamba pegang lehernya, lalu hamba pukul sampai mati. Hamba telah membunuh singa maupun beruang, dan orang Filistin si kafir itu juga akan sama seperti binatang-binatang itu, karena ia berani menghina tentara dari Allah yang hidup. Tuhan telah menyelamatkan hamba dari singa dan beruang, Dia juga akan menyelamatkan hamba dari orang Filistin itu.”
Lalu kata Saul kepadanya, “Baiklah, semoga Tuhan menolongmu.” Saul memberikan pakaian perangnya, yaitu sebuah baju besi kepada Daud dan Daud mengenakannya. Lalu Saul memakaikan topi tembaga pada kepala Daud.  Akhirnya Daud mengikatkan pedang Saul pada baju besi itu lalu mencoba berjalan, tetapi tidak bisa, karena Daud tidak biasa memakai pakaian perang. “Hamba tidak bisa berjalan dengan pakaian ini,” katanya kepada Saul. “Hamba tidak biasa memakainya.” Lalu seluruh pakaian perang itu ditanggalkannya. Kemudian ia mengambil tongkat gembalanya, dan memilih lima buah batu yang bulat dari sungai, lalu dimasukkannya ke dalam kantongnya. Dengan umban siap di tangannya, pergilah ia menemui Goliat.

Daud mengalahkan Goliat

Beberapa saat kemudian Goliat yang didahului oleh pembawa perisainya, mulai berjalan mendekati Daud. Tetapi ketika ia melihat Daud dan memperhatikannya, Goliat tertawa mengejek karena Daud masih muda sekali dan tampan. Kata Goliat kepada Daud, “Untuk apa tongkat itu? Apakah kauanggap aku ini anjing?” Lalu Daud dikutukinya demi para dewanya. Lagipula ia menantang Daud, katanya, “Ayo, maju! akan kuberikan tubuhmu kepada burung dan binatang supaya dimakan.”
Tetapi Daud menjawab, “Engkau datang melawanku dengan pedang, tombak dan lembing, tetapi aku datang melawanmu dengan nama Tuhan Yang Mahakuasa, Allah tentara Israel yang kauhina itu.  Hari ini juga Tuhan akan menyerahkan engkau kepadaku; engkau akan kukalahkan dan kepalamu akan kupenggal. Tubuhmu dan tubuh prajurit-prajurit Filistin akan kuberikan kepada burung dan binatang supaya dimakan. Maka seluruh dunia akan tahu bahwa kami bangsa Israel mempunyai Allah yang kami sembah,  dan semua orang di sini akan melihat bahwa Tuhan tidak memerlukan pedang atau tombak untuk menyelamatkan umat-Nya. Dialah yang menentukan jalan peperangan ini dan Dia akan menyerahkan kamu ke dalam tangan kami.”

Goliat mulai maju mendekati Daud, lalu dengan cepat Daud berlari ke arah barisan orang Filistin untuk menghadapi dia. Daud merogoh kantongnya, mengambil sebuah batu lalu diumbankannya kepada Goliat. Batu itu menghantam dahi Goliat sehingga pecahlah tengkoraknya, dan ia roboh dengan mukanya ke tanah. Daud berlari kepada Goliat, lalu berdiri di dekatnya; ia mengambil pedang Goliat dan mencabutnya dari sarungnya, lalu dipenggalnya kepala orang Filistin itu. Demikianlah Daud mengalahkan dan membunuh Goliat, hanya dengan umban dan batu!

Ketika orang-orang Filistin melihat bahwa pahlawan mereka sudah mati, larilah mereka. Orang-orang Israel dan Yehuda bersorak-sorak dan mengejar orang-orang Filistin sampai ke Gat dan pintu gerbang Ekron. Orang-orang Filistin yang terluka bergelimpangan sepanjang jalan ke Saaraim itu.  Setelah itu orang Israel kembali dari mengejar orang Filistin, lalu merampas isi perkemahan mereka.  Daud mengambil kepala Goliat, dan dibawanya ke Yerusalem, tetapi senjata-senjata Goliat disimpannya di dalam kemahnya sendiri.

Daud diperkenalkan kepada Saul

Ketika Saul melihat Daud pergi melawan Goliat, bertanyalah ia kepada Abner penglima tentaranya, “Abner, anak siapakah dia?”
“Hamba tidak tahu, Baginda,” jawab Abner.
Lalu perintah Saul, “Pergilah dan tanyakanlah hal itu.”
Jadi ketika Daud kembali ke perkemahan sesudah membunuh Goliat, ia dibawa Abner menghadap Saul. Daud masih menjinjing kepala Goliat. Lalu bertanyalah Saul kepadanya, “Hai anak muda! anak siapa engkau?”
Daud menjawab, “Hamba ini anak Isai dari Betlehem.”


Raja Daud dan Batsyeba

2 Samuel 11:1-27
Raja-raja biasanya maju berperang pada musim semi. Dan pada musim semi tahun itu Daud menyuruh Yoab maju berperang bersama para perwiranya dan seluruh tentara Israel; lalu mereka mengalahkan orang Amon dan mengepung kota Raba. Tetapi Daud tinggal di Yerusalem. 

Pada suatu sore, setelah Daud bangun tidur, ia berjalan-jalan di atap istana yang datar itu. Dari situ ia melihat seorang wanita sedang mandi, dan wanita itu sangat cantik. Lalu Daud menyuruh menanyakan siapa wanita itu, dan diberitahu kepadanya bahwa wanita itu bernama Batsyeba; ayahnya bernama Eliam dan suaminya adalah Uria orang Het. Daud menyuruh menjemput wanita itu, dan setelah ia datang ke istana, Daud tidur bersamanya. (Batsyeba baru saja selesai melakukan upacara penyucian sehabis haid). Lalu pulanglah ia ke rumahnya. Beberapa waktu kemudian Batsyeba mulai mengandung, lalu ia mengirim kabar kepada Daud tentang hal itu.

Segera Daud mengirim perintah kepada Yoab, katanya, “Suruhlah Uria orang Het itu datang kepadaku.” Maka Yoab menyuruh Uria menemui Daud. Ketika Uria menghadap Raja Daud, raja menanyakan bagaimana keadaan Yoab dan pasukan Israel, dan juga bagaimana jalannya peperangan. Kemudian Daud berkata kepada Uria, “Pulanglah ke rumahmu dan beristirahatlah sebentar.” Setelah Uria meninggalkan istana, Daud mengirim hadiah ke rumah Uria.  Tetapi Uria tidak pulang melainkan tidur di depan pintu gerbang istana bersama para pengawal raja.  Kepada Daud diberitahukan tentang hal itu. Maka ia bertanya kepada Uria, “Engkau baru saja kembali dari perjalanan jauh, mengapa tidak pulang ke rumahmu?” Jawab Uria, “Tentara Israel dan Yehuda sedang berjuang mati-matian dan Peti Perjanjian Tuhan menyertai mereka; Yoab panglima kami dan para perwiranya berkemah di padang. Masakan hamba ini pulang ke rumah, dan makan minum serta tidur dengan istri hamba? Demi nyawa Baginda dan nyawa hamba, hamba tidak akan melakukan itu!”
Lalu kata Daud, “Sudahlah, beristirahatlah lagi di sini hari ini dan besok pagi akan kuizinkan engkau pergi.” Jadi Uria tinggal di Yerusalem pada hari itu. Pada hari berikutnya ia diundang makan oleh Daud. 13Maka makanlah ia dan diberi kepadanya banyak minuman sehingga ia mabuk. Tetapi pada malam itu pun Uria tidak juga pulang ke rumahnya, melainkan tidur beralaskan selimutnya di dalam ruang pengawal istana.

Keesokan harinya Daud menulis surat kepada Yoab, dan mengirimkannya dengan perantaraan Uria.  Tulisnya, “Tempatkanlah Uria di garis depan, di mana pertempuran paling sengit, lalu mundurlah engkau tanpa setahu dia supaya dia tewas.” Maka sementara Yoab mengepung kota itu, Uria disuruhnya pergi ke tempat yang setahunya dijaga kuat oleh musuh.  Ketika tentara musuh keluar dari kota dan menyerang pasukan Yoab, beberapa orang perwira Daud terbunuh, termasuk Uria.

Kemudian Yoab mengirim utusan kepada Daud untuk memberitahukan jalan pertempuran itu. Perintah Yoab kepada utusan itu, “Setelah baginda mendengar laporanmu tentang jalannya pertempuran ini, mungkin ia menjadi marah dan bertanya kepadamu, ‘Mengapa kamu begitu dekat dengan kota itu? Bukankah kamu tahu bahwa musuh pasti akan memanah dari atas tembok-temboknya?  Sudah lupakah kamu bagaimana Abimelekh anak Gideon itu terbunuh di Tebes? Bukankah dia mati karena seorang wanita melemparkan batu gilingan tepung dari atas tembok kepadanya? Jadi, mengapa kamu begitu dekat dengan tembok itu?’ Jika Baginda bertanya begitu, katakanlah kepadanya, ‘Uria perwira Baginda, juga gugur!’ ” 

Lalu pergilah utusan itu menghadap Daud dan memberitahukan apa yang diperintahkan Yoab kepadanya.  Utusan itu berkata, “Lawan kami lebih kuat dan mereka keluar dari kota menyerang kami di padang. Tetapi dengan sangat gigih kami mendesak mereka kembali sampai ke pintu gerbang kota. Kemudian dari atas tembok mereka memanahi kami, dan beberapa orang dari perwira Baginda termasuk Uria telah gugur.”
Daud berkata kepada utusan itu, “Kuatkanlah hati Yoab dan katakanlah kepadanya supaya jangan berkecil hati, sebab tidak dapat diramalkan siapa yang akan mati dalam pertempuran. Katakanlah kepadanya supaya melancarkan serangan yang lebih hebat lagi terhadap kota itu sampai kota itu menyerah.”
Ketika Batsyeba mendengar bahwa suaminya telah mati, ia berkabung. Kemudian sehabis masa berkabung, Daud menyuruh jemput wanita itu ke istana dan ia menjadi istrinya. Beberapa bulan kemudian ia melahirkan seorang putra. Tetapi Tuhan tidak senang dengan perbuatan Daud itu.




Pertobatan Paulus

Kisah Para Rasul 9:1-19

Sementara itu Saulus terus saja ingin mengancam dan membunuh pengikut-pengikut Tuhan Yesus. Ia pergi kepada imam agung, dan minta surat kuasa untuk pergi kepada pemimpin-pemimpin rumah-rumah ibadat orang Yahudi di Damsyik, supaya kalau ia menemukan di sana orang-orang yang percaya kepada Yesus, ia dapat menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.

Sementara menuju ke Damsyik, ketika sudah dekat dengan kota itu, tiba-tiba suatu sinar dari langit memancar di sekeliling Saulus.  Ia jatuh ke tanah lalu mendengar suatu suara berkata kepadanya, “Saulus, Saulus! Apa sebabnya engkau menganiaya Aku?”
“Siapakah Engkau, Tuan?” tanya Saulus. Suara itu menjawab, “Akulah Yesus, yang engkau aniaya. Tetapi sekarang bangunlah dan masuklah ke kota. Di situ akan diberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan.”
Orang-orang yang ikut bersama-sama Saulus terkejut sehingga tidak dapat bersuara; karena mereka mendengar suara itu tetapi tidak melihat seseorang pun. Lalu Saulus berdiri dan membuka matanya, tetapi matanya sudah tidak bisa melihat apa-apa lagi. Jadi mereka memegang tangannya dan menuntun dia masuk ke Damsyik. Tiga hari lamanya ia tidak bisa melihat dan selama itu ia tidak makan atau minum sama sekali.

Di Damsyik ada seorang pengikut Tuhan Yesus bernama Ananias. Di dalam suatu penglihatan, Tuhan berbicara kepadanya. Tuhan berkata, “Ananias!”
Ananias menjawab, “Saya, Tuhan.”
Tuhan berkata, “Ayo berangkat sekarang. Pergilah ke rumah Yudas di Jalan Lurus. Tanyakan di sana orang yang bernama Saulus yang berasal dari kota Tarsus. Orang itu sedang berdoa, dan di dalam suatu penglihatan ia melihat seorang laki-laki, bernama Ananias, datang kepadanya dan meletakkan tangan ke atasnya supaya ia dapat melihat kembali.”
Ananias menjawab, “Tuhan, saya sudah mendengar banyak orang berbicara mengenai orang ini, terutama mengenai penganiayaan-penganiayaan yang ia lakukan terhadap umat-Mu di Yerusalem.  Dan sekarang ia sudah datang ke sini dengan izin dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang percaya kepada-Mu.”

Tetapi Tuhan berkata kepada Ananias, “Pergilah saja! Sebab Aku sudah memilih dia untuk melayani Aku, supaya ia memberitakan tentang Aku kepada bangsa-bangsa lain yang tidak beragama Yahudi dan kepada raja-raja serta kepada umat Israel juga. Dan Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya semua penderitaan yang harus ia alami karena Aku.”

Maka Ananias pun pergilah ke rumah itu dan meletakkan tangannya ke atas Saulus. “Saudara Saulus,” kata Ananias, “Tuhan Yesus yang Saudara lihat di tengah jalan ketika Saudara sedang kemari, Dialah yang menyuruh saya datang supaya Saudara bisa melihat lagi dan dikuasai oleh Roh Allah.” Saat itu juga sesuatu yang seperti sisik ikan terlepas dari mata Saulus dan ia dapat melihat kembali. Maka ia pun bangun, lalu dibaptis. 19Dan setelah makan, ia menjadi kuat lagi.



Daniel di Kandang Singa

Daniel‬ ‭6:1-29

“Sesudah Belsyazar terbunuh, Darius orang Media merebut takhta kerajaan. Pada waktu itu ia berumur enam puluh dua tahun. Darius membagi kerajaannya menjadi seratus dua puluh provinsi yang masing-masing diperintah oleh seorang gubernur.
Daniel dan dua orang lain diangkatnya untuk mengawasi para gubernur itu supaya raja jangan dirugikan. Segera ternyata bahwa pekerjaan Daniel lebih baik daripada pekerjaan para gubernur dan pengawas-pengawas lainnya. Karena itu, raja ingin mengangkatnya menjadi penguasa seluruh kerajaan. Tetapi para gubernur dan pengawas-pengawas itu berusaha mencari kesalahan-kesalahan Daniel dalam tugas pemerintahan, namun mereka tidak berhasil, karena Daniel setia dan jujur serta tidak melakukan kelalaian atau kesalahan apa pun.

Lalu mereka berkata, “Kita hanya dapat menemukan kesalahan Daniel dalam hal yang berhubungan dengan agamanya.” Kemudian pergilah mereka serentak menghadap raja dan berkata, “Ya Tuanku Raja Darius, hiduplah Tuanku untuk selama-lamanya! Kami semua yang mengurus kerajaan Tuanku, baik para pengawas, para gubernur, wakil-wakil gubernur dan pejabat-pejabat yang lain, telah mufakat untuk mengusulkan supaya Tuanku mengeluarkan surat perintah yang harus ditaati dengan sungguh-sungguh.
Hendaknya Tuanku memerintahkan supaya selama tiga puluh hari tak seorang pun diizinkan menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia, kecuali kepada Tuanku sendiri. Barangsiapa melanggar perintah itu akan dilemparkan ke dalam gua singa. Kami mohon agar Tuanku menandatangani surat perintah itu supaya menjadi undang-undang Media dan Persia yang tak dapat dicabut kembali.
” Maka Raja Darius menandatangani surat perintah itu. Ketika Daniel mendengar tentang hal itu, pulanglah ia ke rumahnya. Kamarnya yang di tingkat atas mempunyai jendela-jendela yang menghadap ke arah Yerusalem. Dan seperti biasanya, ia berdoa kepada Allahnya dan memuji-Nya tiga kali sehari dengan berlutut di depan jendela-jendela yang terbuka itu.

Ketika musuh-musuh Daniel melihat Daniel sedang berdoa kepada Allahnya, pergilah mereka semua menghadap raja untuk mengadukan Daniel. Mereka mengatakan, “Bukankah Tuanku telah menandatangani surat perintah yang melarang semua orang selama tiga puluh hari ini menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada Tuanku saja? Dan juga, bahwa barangsiapa melanggar perintah itu akan dilemparkan ke dalam gua singa?” Raja menjawab, “Memang, dan perintah itu menjadi undang-undang Media dan Persia yang tak dapat dicabut kembali.” Lalu kata mereka kepada raja, “Daniel, salah seorang buangan dari Yehuda, tidak menghiraukan Tuanku dan meremehkan perintah Tuanku. Ia berdoa secara teratur tiga kali sehari.”
Mendengar itu raja menjadi sedih dan khawatir, sehingga ia mencari akal untuk menyelamatkan Daniel.

Sampai sore harinya pun raja masih berpikir-pikir. Kemudian orang-orang itu kembali menghadap raja dan berkata, “Tuanku, hendaknya Tuanku ingat bahwa menurut undang-undang Media dan Persia, perintah yang dikeluarkan raja tak dapat diubah-ubah.” Maka akhirnya raja memerintahkan supaya Daniel ditangkap dan dilemparkan ke dalam gua singa. Kata raja kepada Daniel, “Semoga Allahmu yang kausembah dengan setia itu menyelamatkan engkau.” Setelah itu sebuah batu besar diletakkan pada mulut gua itu, dan raja mencap batu itu dengan cap kerajaan dan cap para pembesar, sehingga tak seorang pun dapat membebaskan Daniel dari singa-singa itu.

Kemudian pulanglah raja ke istana. Ia tidak mau makan atau pun dihibur. Dan semalam-malaman itu ia tidak bisa tidur. Pada waktu subuh bangunlah raja dan pergi dengan buru-buru ke gua singa. Sesampainya di sana, berserulah ia dengan suara cemas, “Daniel, hamba Allah yang hidup! Apakah Allahmu yang kausembah dengan setia itu telah sanggup menyelamatkan engkau dari singa-singa itu?” Lalu terdengarlah suara Daniel yang menjawab, “Hiduplah Tuanku untuk selama-lamanya! Allah hamba telah mengutus malaikat-Nya untuk menutup mulut singa-singa itu sehingga mereka tidak mengapa-apakan hamba. Allah menyelamatkan hamba sebab Ia tahu bahwa hamba tidak berbuat kesalahan terhadap-Nya dan terhadap Tuanku.

” Bukan main senang hati raja dan ia memerintahkan supaya Daniel dikeluarkan dari gua itu. Setelah perintah itu dilaksanakan, ternyata bahwa tidak terdapat luka sedikit pun pada Daniel, karena ia percaya kepada Allahnya.
Kemudian raja memerintahkan orang supaya menangkap orang-orang yang telah mengadukan Daniel. Lalu mereka bersama-sama dengan anak-anak dan istri-istri mereka dilemparkan ke dalam gua singa itu. Belum lagi mereka sampai ke dasar gua itu, singa-singa itu telah menerkam mereka dan meremukkan tulang-tulang mereka. Setelah itu Raja Darius mengirim surat kepada orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa di seluruh dunia, “Salam sejahtera! Aku perintahkan kepada semua orang yang berada di wilayah kerajaanku supaya takut dan hormat kepada Allah yang disembah oleh Daniel! Ia adalah Allah yang hidup selama-lamanya, sampai selamanya Ia memerintah.

Kerajaan-Nya tak mungkin binasa. Kekuasaan-Nya tak ada habisnya. Ia menyelamatkan dan membebaskan, melakukan mujizat dan keajaiban di langit maupun di bumi. Daniel telah diselamatkan-Nya, dari terkaman singa-singa.” Demikianlah Daniel tetap berkedudukan tinggi selama pemerintahan Darius dan pemerintahan Koresh, orang Persia itu.”

 

Pelarian Petrus dari Penjara

Kisah Para Rasul‬ ‭12:1-19‬ ‭

“Sekitar masa itu juga Raja Herodes mulai menekan anggota-anggota jemaat. Atas perintahnya, Yakobus, saudara Yohanes dibunuh dengan pedang. Ketika Herodes melihat bahwa perbuatannya itu menyenangkan hati orang-orang Yahudi, ia berbuat lagi yang seperti itu; ia menyuruh orang menangkap Petrus juga. Hal itu terjadi pada waktu Hari Raya Roti Tidak Beragi. Setelah ditangkap, Petrus dimasukkan ke dalam penjara. Empat regu tentara ditugaskan untuk menjaga Petrus di situ -- masing-masing regu terdiri dari empat orang anggota tentara. Sesudah perayaan Paskah selesai, baru Herodes akan mengadili Petrus di hadapan umum. Jadi Petrus ditahan di penjara; tetapi anggota-anggota jemaat terus saja berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan untuk Petrus. Pada malam sebelum Herodes akan menghadapkan Petrus kepada umum, Petrus tidur terikat dengan dua belenggu di antara dua tentara pengawal.



Di pintu penjara, pengawal-pengawal lain juga sedang menjaga penjara. Tiba-tiba malaikat Tuhan berdiri di situ dan suatu cahaya bersinar di dalam kamar penjara itu. Malaikat itu menggoyang-goyang Petrus sampai ia bangun. Lalu malaikat itu berkata, “Hai, cepat bangun!” Saat itu juga jatuhlah rantai besi dari tangan Petrus. Sesudah itu malaikat itu berkata, “Pakailah pakaianmu dan ikatlah tali sepatumu.” Maka Petrus pun memakai pakaiannya dan mengikat tali sepatunya. Kemudian malaikat itu berkata lagi, “Pakailah jubahmu dan ikutlah saya.” Maka Petrus mengikuti malaikat itu keluar dari penjara.


Tetapi Petrus tidak menyadari bahwa apa yang sedang dilakukan oleh malaikat itu adalah sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi. Petrus mengira itu hanya suatu penglihatan. Pada waktu mereka sudah melewati tempat penjagaan pertama dan kedua, mereka sampai ke pintu besi, yang menuju ke kota. Pintu itu terbuka dengan sendirinya, lalu mereka keluar dan berjalan melalui suatu lorong. Tiba-tiba malaikat itu meninggalkan Petrus. Sesudah itu barulah Petrus sadar akan apa yang telah terjadi padanya, lalu ia berkata, “Sekarang saya tahu bahwa Tuhan benar-benar sudah mengirim malaikat-Nya untuk melepaskan saya dari kuasa Herodes dan dari segala sesuatu yang akan dilakukan oleh bangsa Yahudi kepada saya.” Sesudah menyadari keadaan itu, Petrus pergi ke rumah Maria, ibu Yohanes yang disebut juga Markus. Di situ banyak orang berkumpul dan sedang berdoa.


Petrus mengetuk pintu luar, lalu seorang pelayan wanita bernama Rode, datang untuk membuka pintu. Langsung ia mengenal suara Petrus. Karena gembiranya, ia cepat-cepat masuk kembali tanpa membuka pintu, lalu memberitahukan kepada orang-orang di situ bahwa Petrus ada di luar. “Engkau gila!” kata mereka. Tetapi Rode berkeras bahwa itu sungguh-sungguh Petrus. Maka mereka berkata, “Itu malaikatnya!” Sementara itu Petrus terus saja mengetuk pintu. Maka ketika mereka membuka pintu, dan melihat Petrus, mereka heran sekali. Petrus memberi isyarat dengan tangannya supaya mereka tenang, kemudian ia menceritakan bagaimana Tuhan telah membawa dia keluar dari penjara. Lalu ia berkata, “Beritahukanlah ini kepada Yakobus dan saudara-saudara lain juga.” Sesudah itu Petrus meninggalkan tempat itu dan pergi ke tempat lain. Besok paginya terjadilah keributan di antara tentara pengawal. Mereka bingung sekali mengenai apa yang telah terjadi dengan Petrus.


Lalu Herodes menyuruh orang mencari Petrus, tetapi mereka tidak bisa menemukan dia. Jadi Herodes memerintahkan supaya pengawal-pengawal itu ditanyai lalu dibunuh. Setelah itu Herodes pergi dari Yudea dan tinggal beberapa lama di Kaisarea.”









Bileam dan Keledai yang Berbicara

Bilangan 22:21-35

Keesokan harinya Bileam memasang pelana pada keledainya, lalu ikut dengan para pemimpin Moab itu.

Tetapi ketika Bileam pergi, Allah menjadi marah. Sementara Bileam mengendarai keledainya, diiringi oleh dua pelayannya, malaikat Tuhan berdiri di tengah jalan untuk menghalang-halangi dia.  Melihat malaikat berdiri di situ dengan pedang terhunus, keledai itu menyimpang dari jalan, dan membelok ke ladang. Bileam memukul keledai itu dan membawanya kembali ke jalan. Kemudian malaikat Tuhan berdiri di bagian jalan yang sempit, antara dua kebun anggur dengan tembok batu sebelah menyebelah.  Ketika keledai itu melihat malaikat Tuhan, ia minggir sehingga kaki Bileam terjepit ke tembok. Bileam memukul lagi keledai itu.  Lalu malaikat Tuhan pindah, dan berdiri di tempat yang lebih sempit sehingga tak ada jalan untuk lewat di kiri atau kanannya.  Melihat malaikat Tuhan, keledai itu merebahkan diri. Bileam menjadi marah dan memukul keledai itu dengan tongkat.  Lalu Tuhan membuat keledai itu bisa berbicara. Kata binatang itu kepada Bileam, “Apakah yang saya lakukan terhadap Tuan sehingga Tuan memukul saya sampai tiga kali?”
 Jawab Bileam, “Engkau mempermainkan aku! Andaikata ada pedang padaku, pastilah engkau kubunuh!”
Jawab keledai itu, “Bukankah saya ini keledai Tuan yang sejak lama Tuan tunggangi? Pernahkah saya membangkang terhadap Tuan?”
“Tidak,” jawab Bileam.

Lalu Tuhan membuat Bileam bisa melihat malaikat Tuhan berdiri di situ dengan pedang terhunus. Segera Bileam sujud ke tanah dan menyembah. Malaikat Tuhan bertanya, “Mengapa kaupukul keledaimu sampai tiga kali? Aku datang untuk menghalang-halangi engkau, sebab menurut pendapat-Ku, tidak baik engkau pergi.  Waktu keledaimu melihat Aku, dia minggir sampai tiga kali. Kalau tidak, pasti engkau sudah Kubunuh, tetapi keledai itu Kuselamatkan.”
Jawab Bileam, “Saya telah berdosa. Saya tidak tahu bahwa Tuan berdiri di tengah jalan untuk menghalang-halangi saya. Tetapi sekarang, kalau menurut pendapat Tuan tidak baik saya meneruskan perjalanan ini, saya akan pulang.”
Tetapi malaikat Tuhan berkata, “Ikutlah saja dengan orang-orang itu. Tetapi engkau hanya boleh mengatakan apa yang Kusuruh katakan.” Maka Bileam meneruskan perjalanannya dengan utusan-utusan Balak itu.


Adam dan Hawa: Pria dan Wanita Pertama

Kejadian 2:1-25

Maka selesailah penciptaan seluruh alam semesta. Pada hari yang ketujuh Allah telah menyelesaikan pekerjaan-Nya itu, lalu Ia beristirahat. 
Maka diberkati-Nya hari yang ketujuh itu dan dijadikan-Nya hari yang khusus, karena pada hari itu Allah beristirahat setelah menyelesaikan pekerjaan-Nya. Itulah riwayat penciptaan alam semesta.

Ketika Tuhan Allah membuat alam semesta, belum ada benih yang bertunas dan belum ada tanam-tanaman di bumi, karena Tuhan belum menurunkan hujan dan belum ada orang untuk mengerjakan tanah itu. Tetapi air mulai merembes dari bawah dan membasahi permukaan bumi. Kemudian Tuhan Allah mengambil sedikit tanah, membentuknya menjadi seorang manusia, lalu menghembuskan napas yang memberi hidup ke dalam lubang hidungnya; maka hiduplah manusia itu.

Selanjutnya Tuhan Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur, dan ditempatkan-Nya di situ manusia yang sudah dibentuk-Nya itu.  Tuhan Allah menumbuhkan segala macam pohon yang indah, yang menghasilkan buah-buahan yang baik. Di tengah-tengah taman tumbuhlah pohon yang memberi hidup, dan pohon yang memberi pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.

Sebuah sungai mengalir dari Eden, membasahi taman itu; dan di luar Eden sungai itu terbagi menjadi empat cabang.  Yang pertama bernama Pison; sungai itu mengalir mengelilingi tanah Hawila. Di situ terdapat emas murni dan juga wangi-wangian yang sulit diperoleh, serta batu-batu permata. Sungai yang kedua bernama Gihon; airnya mengalir mengelilingi tanah Kus.

Sungai yang ketiga bernama Tigris dan mengalir di sebelah timur Asyur. Sungai yang keempat bernama Efrat. Kemudian Tuhan Allah menempatkan manusia itu di taman Eden untuk mengerjakan dan memelihara taman itu.  Tuhan berkata kepada manusia itu, “Engkau boleh makan buah-buahan dari semua pohon di taman ini,  kecuali dari pohon yang memberi pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Buahnya tidak boleh engkau makan; jika engkau memakannya, engkau pasti akan mati pada hari itu juga.”
Lalu Tuhan Allah berkata, “Tidak baik manusia hidup sendirian. Aku akan membuat teman yang cocok untuk membantunya.”  Maka Ia mengambil sedikit tanah dan membentuk segala macam binatang darat dan binatang udara. Semuanya dibawa Allah kepada manusia itu untuk melihat nama apa yang akan diberikannya kepada binatang-binatang itu. Itulah asal mulanya binatang di darat dan di udara mendapat namanya masing-masing. Demikianlah manusia itu memberi nama kepada semua binatang di darat dan di udara. Tetapi tidak satu pun di antaranya bisa menjadi teman yang cocok untuk membantunya.

Lalu Tuhan Allah membuat manusia tidur nyenyak, dan selagi ia tidur,Tuhan Allah mengeluarkan salah satu rusuk dari tubuh manusia itu, lalu menutup bekasnya dengan daging.  Dari rusuk itu Tuhan membentuk seorang perempuan, lalu membawanya kepada manusia itu.  Maka berkatalah manusia itu, “Ini dia, orang yang sama dengan aku --
tulang dari tulangku, dan daging dari dagingku. Kunamakan dia perempuan, karena ia diambil dari laki-laki.”


Itulah sebabnya orang laki-laki meninggalkan ayah dan ibunya, dan bersatu dengan istrinya, lalu keduanya menjadi satu. Laki-laki dan perempuan itu telanjang, tetapi mereka tidak merasa malu.